Powered By Blogger

Minggu, 07 November 2010

PASKIBRAKA / PURNA PASKIBRAKA INDONESIA?

Terkadang orang awam atau justru orang paskib sendiri kurang tau akan arti dari kata PASKIBRAKA DAN PURNA PASKIBRAKA INDONESIA. Masing - masing memiliki arti, sejarah, serta lambang yang berbeda. Disini akan dibahas bersama arti lambang - lambang tersebut.

  1. PASKIBRAKA: merupakan kepanjangan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Tugas dari PASKIBRAKA itu sendiri adalah mengibarkan duplikat Bendera Pusaka di Istana Negara pada saat upacara peringatan proklamasi 17 Agustus. Keanggotaan daripada PASKIBRAKA sendiri berasal dari siswa/siswi Sekolah Menengah Atas atau setingkat yang berada di kelas 1 dan 2. Seleksi diadakan diseluruh provinsi dan wilayah di Indonesia biasanya diadakan pada bulan April untuk persiapan Upacara 17 Agustus.
  2. PURNA PASKIBRAKA INDONESIA: atau sering disingkat PPI. Adalah suatu organisasi perkumpulan anggota Paskibraka Indonesia yang didirikan oleh alumni PASKIBRAKA yang pernah tugas pada tingkat nasional pada tahun 1975. Pada tahun 80an, PPI merupakan organisasi binaan DEPDIKBUD, yang berada di setiap wilayah provinsi di Indonesia dan tidak memiliki kepengurusan ditingkat pusat. Akhirnya Pada tanggal 21 Desember 1989, terbentuklah kepengurusan resmi PPI Pusat lengkap dengan perangkat AD ARTnya.
Sekarang semuanya bisa membedakan ketiga arti kata itukan? Mengenai lambang dari Korps PASKIBRAKA ( Untuk tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kodya menggunakan lambang yang sama untuk mempersatukan korps ) yaitu perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning.

Sementara itu untuk lambang PPI adalah gambar bunga teratai yang dikelilingi mata rantai, yang memiliki makna sebagai berikut: Lambang berupa bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas air, hal ini bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah pemuda dan pemudi yang tumbuh dari bawah (orang biasa) dari tanah air yang sedang berkembang dan membangun.
Bunga teratai berdaun bunga 3 (tiga) helai tumbuh ke atas (mahkota bunga), bermakna belajar, bekerja, dan berbakti.
Bunga teratai berkelopak 3 (tiga) helai mendatar bermakna aktif, disiplin, dan gembira.
Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok penjuru (16 penjuru arah mata angin) tanah air.
Rantai persaudaraan ini tanpa memandang asal suku, agama, status sosial, dan golongan, akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan yang kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka.

Pada lambang bungai teratai PPI ini terkadang ada anggapan bahwa lambang itu adalah lambang Organisasi Paskibra.

Yang jelas bertugas saat puasa di bulan Ramadhan ini tidak akan menjadi halangan bagi rekan rekan yang bertugas dimanapun untuk mengibarkan sang merah putih hingga puncak tiangnya. Semangat!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Sejarah PASKIBRAKA

Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibukota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden Soekarno memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa.

Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah dan kebertulan sedang berada di Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.

Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.

Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Suharto, untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun1946 di Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:

* Kelompok 17 / pengiring (pemandu),
* Kelompok 8 / pembawa (inti),
* Kelompok 45 / pengawal.

Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para Mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota Pasukan Khsus ABRI (sepertiRPKAD,PGT, Marinir danBrimob) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.

Mulai tanggal 17 Agustus1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967

Pada tanggal5 agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada Gbernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja.

Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih "Pasukan Pengerek Bendera Pusaka". Baru pada tahun 17973, Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka disebut Paskibraka.